Saturday, April 2, 2016

Quarter Life Crisis

Sekitar 3 tahun yang lalu, gue lupa tepatnya kapan, seorang teman dekat yang berusia 5 tahun lebih tua dari gue bilang sama gue "Gue lagi ngalamin quarter life crisis nih, ndah!". Actually dulu gue ga tau sama sekali apaan itu quarter life crisis, dan itu adalah kali pertama gue mendengar kalimat yang kayak judul buku itu. Akhirnya gue googling lah. ternyata google emang moyangnya kamus yaa... semua penjelasan tentang quarter life crisis ada disitu. Setelah temen gue itu curhat panjang lebar disertai dengan kata-kata "gue tuh gini, tapi gue tau sih kenapa gue gini, cuma gue tuh bingung aja". Bingung ga lo jadi gue? Alhasil, gue cuma dengerin dia sambil bilang "ya lo sabar aja kalo gitu" --> pernyataan ini sama sekali ga nyambung sama cerita panjang lebar si temen gue itu.

Setelah gue hampir melupakan kalimat dan topik tentang quarter life crisis, beberapa hari lalu gue tiba-tiba aja keinget lagi. YA! Gue ngerti sekarang apa itu quarter life crisis! *definisinya bisa lo liat lebih lengkap di google*. I understand coz i feel it! Pernah ga sih lo ngerasa lo ada di titik lo ga tau mau ngapain, it means lo ga tau apakah setiap keputusan yang lo ambil udah bener atau belum, apakah keputusan yang lo ambil itu bakal bikin masa depan lo jadi lebih baik, atau pertanyaan-pertanyaan tentang buat apa sih lo ngelakuin satu hal. YAP! Gue lagi ada di titik itu. Belakangan gue bingung sama diri gue sendiri. Tentang passion gue, tentang pendidikan gue, dan tentang masa depan gue. Beberapa kali gue ngerasa ga mampu, self-esteem gue jatuh banget. But sometimes gue ngerasa mampu banget, hebat banget, pinter banget. Gue banyak berpikir tentang:

"Ngapain sih gue kuliah S2?""Kenapa sih gue mesti ngambil psikologi?""Kenapa gue ga kerja aja ya?""Eh tapi, emangnya kerja lebih enak ya?""Ya Allah kasih saya rejeki lewat photo shoot dan makeup artist dong, saya ga punya uang!""Ya Allah pengen nikah ajaaa :(""Deuh punya pacar kerjaannya main DOTA mulu, kapan lulus kuliahnya? Kapan nikahin guenya?""Kenapa sih susah banget nyuruh dia (read: pacar) solat?!"

See? Banyak banget hal yang gue pertanyakan dan khawatirkan.  Permasalahannya adalah gue nanya itu semua sama diri gue sendiri, artinya ya cuma gue yang bisa jawab. Tapi sebelum gue jawab, sebenernya itu bukan pertanyaan yang perlu. Mungkin hal itu muncul karena rasa khawatir gue. That's why gue ngerasa ini yang namanya quarter life crisis. Krisis seperempat kehidupan, seharfiah itu.

Tahun ini umur gue memasuki angka 24, yang hampir mendekati 1/4 kehidupan (kalo diitung hidup gue 100 tahun). Dan seinget gue dari google juga, krisis ini memang terjadi di usia sekitar 24 atau 25 (dan sekitarnya). Katanya, hal ini adalah hal yang biasa terjadi sama siapa aja, dan setiap orang punya tahapan dan kekhawatiran yang berbeda. Gue ga tau sih endingnya bakal gimana. Apakah akhirnya semua pertanyaan gue bakal gue jawab atau semua kekhawatiran itu bakal ilang gitu aja seiring waktu.

Well, buat lo yang sama-sama sedang merasakan hal kayak gue gini... saran gue... apa ya? *mikir*. Yaaah... nikmatin ajalah, hikmahnya mungkin disini lo diajarin untuk bisa lebih berserah dan pasrah sama Tuhan. Harus lebih banyak berdoa dan beribadah biar hati lo tenang. Dan intinya! Jangan pernah nyesel sama keputusan yang udah lo ambil. Setiap keputusan ada konsekuensinya dan bertanggungjawablah untuk menerimanya *self talk sih haha*.

HAPPY QUARTER LIFE CRISIS!

Wednesday, January 13, 2016

God, I have a Question...

“Selamat Natal…”
Aku mengucap dengan tulus. Tanpa aku tahu, apa sebenarnya arti Natal untukmu. Yang aku tahu, aku hanya harus turut berbahagia di hari bahagiamu.
Kamu menunduk. Mengambil lilin mungil berwarna merah dari tanganku. kulihat dengan jelas gerak bibirmu, meski aku tidak tahu apa ucapanmu. Mungkin kamu sedang berdoa, mungkin.
Kamu tampan. Aku tetap bisa mengagumi bentuk wajahmu yang begitu keras di bawah temaramnya cahaya malam ini. Aku rasa sinar dari Pohon Natal besar ini yang membuatmu tetap terlihat tampan.
“Kamu berdoa apa?”
“Ada deeeh…nanti kalo aku kasih tau, malah nggak terkabul…”
“Kalo gitu, kamu punya hadiah apa buat aku?”
“Loh, kok nanya hadiah? Hadiah buat aku dulu mana?”
Aku tersenyum manja. Aku tidak punya hadiah apa-apa selain lilin kecil yang masih menyala itu. Aku bingung harus memberikan apa untukmu. Sepasang kaos kaki? Satu untukmu dan satu untukku? Ah…geli. Atau…boneka santa? Ah…pasti kamu akan menertawakanku dan bertanya “Ngapain sih ngasih ini?”
Kamu mengelus rambutku sambil tersenyum. Lilin kecil yang masih kamu genggam itu sudah mulai mengecil dan perlahan kamu tiup apinya. Kamu gantungkan lilin itu diantara dedaunan pohon Natal. Sungguh, sayang, itu sama sekali tidak cantik.
Kamu rengkuh kedua tanganku. Kamu genggam erat tangan mungil yang dingin ini. Hangat.
“Emangnya kamu mau hadiah apa?”
Aku tertawa. Kulepas genggaman tanganmu tanpa sengaja. Kututup mulutku yang sudah menganga terlalu lebar.
“Aku bukan mau hadiah kok… Aku cuma mau kamu ngelakuin satu hal buat aku…”
Kamu diam. Menatapku tajam sambil mengerutkan dahimu. Aku tahu, saat ini kamu pasti berpikir bahwa aku memang perempuan yang banyak maunya.
“Aneh-aneh aja, mau apa siiih?”
Aku aneh? Haha…tapi kamu selalu menerimaku dengan keanehan ini. Kamu malah terus meladeni setiap celotehan dan kelakuanku yang kadang tidak jauh beda dengan anak umur sepuluh tahun.
“Aku mau kamu bertanya…”
“Nanya apa?”
“Bukan ‘apa’, tapi 'siapa’?”
“Hmmm?”
Haha…maaf ya. Kamu pasti semakin bingung. Tingkah lakuku mungkin lebih membingungkan dari tingkah laku Einsten yang kurang kerjaan dalam menemukan teori relativitasnya.
“Aku ingin kamu bertanya pada Tuhan. 'Kenapa Tuhan mencinptakan perbedaan?’. Tolong tanyakan pada Tuhan. Kenapa Dia menciptakan kamu? Kenapa Dia menghadirkan kamu di dalam hidupku? Kenapa Dia menghadirkan rasa sayang dihatimu untukku? Kenapa Dia sudah memberi tahu akhir cerita disaat kamu bahkan baru membuka lembaran pertama? Kenapa harus aku yang saat ini ada di hadapanmu?”
Kamu menatapku. Matamu yang agak sipit itu mulai berkaca-kaca. Tidak, sayang, bahkan pipiku sudah dibasahi air mata. Bibirku sudah bergetar. Namun memang tidak mengalahkan getaran yang terjadi pada hatiku, dan mungkin hatimu.
“Seandainya aku mengerti kenapa ada Pohon Natal. Seandainya aku mengenali Santa. Seandainya aku bisa masuk ke Gereja. Aku akan melakukan semuanya sendiri. Aku tidak akan meminta bantuanmu. Tapi aku tidak bisa. Jadi, masuklah ke Gereja. Masuklah ke gedung megah dan besar ini. Masuklah, bersimpuhlah. Tanyakan pada Tuhan-mu, karena aku tidak mendapatkan jawaban dari Tuhan-ku…”
Selamat menikmati setiap perbedaan. Meskipun aku tidak pernah tahu apa maksud sebenarnya Tuhan menciptakan perbedaan, tapi yang aku tahu, Tuhan tidak mungkin menciptakan sesuatu tanpa tujuan. Pada dasarnya, perbedaan selalu datang beriringan dengan saling menghargai. Tuhan tidak menciptakan perbedaan tanpa menghargai, dan Tuhan juga tidak menciptakan menghargai tanpa perbedaan :)
-Indah SJ-

Pernah ngerasain hal yang sama kayak cerita di atas? Suka, affair, sayang, bahkan jatuh cinta sama seseorang yang (sayangnya) beda agama sama kita? At that position, what you've done? Or what will you do?

Just to know something about ME

Hai! Sorry for this awkward moment coz i have to introduce my self first. I'm not that good to make an introducing, but i try before i post every particular things about my opinion, my though, and my experiences.

Nama gue Indah Sundari Jayanti, gue biasa dipanggil Indah (sekarang lebih populer "Isun"). Sekarang gue lagi nerusin S2 di Fakultas Psikologi Unpad. Kenapa psikologi? Pertanyaan gue juga akhir-akhir ini sih. akhir-akhir ini gue sering nanya sama diri sendiri "Ngapain sih gue masuk psikologi?" atau "KEPO banget sih gue sama kepribadian orang!". Kenapa hal itu jadi pertanyaan buat gue? Karena ternyata belajar psikologi tuh ga segampang yang orang lain pikir, yang buku-bukunya bisa lo beli di Gramedia dan lo pelajarin sendiri. Psikologi tuh rumit. That's why gue mempertanyakan tentang kenapa gue sampe segininya nyusahin diri gue sendiri. Well, biarpun susah, satu yang gue yakinin... Untuk bisa jadi orang hebat dan berkualitas, ya jalannya ga kayak dari kamar ke WC rumah lo yang cuma beberapa langkah doang (kecuali rumah lo gede banget ya). Jadi, di psikologi Unpad ini lah diri gue ditempa dan diasah supaya bisa menjadi Psikolog Profesional nantinya (aamiin!).
Kalo kata temen-temen S2 gue yang lagi sama-sama belajar, gue ini punya energi yang gede. Artinya, gue bisa ngelakuin banyak kegiatan dalam waktu berdekatan atau bersamaan ataupun gue bisa ngelakuin suatu hal dalam waktu yang lama. Mungkin hal itu kali ya yang bikin gue dari jaman SMP dulu suka banget ikut kegiatan ini itu segala macem. Gue pernah jadi anggota paduan suara, ketua kelompok angklung, koordinator bulu tangkis, wakil ketua OSIS, ketua angkatan ekskul seni, bendahara umum ekskul seni, pengurus kelompok modern dance, manager kelompok dance, penulis, penari, model, dan MAHASISWA. Apa yang sebelumnya gue tulis bukan untuk sombong, tapi pengen jelasin aja kalo apa yang temen-temen gue bilang tentang energi gue tuh emang bener. Sampe akhirnya gue mikir "Gue mau jadi apa sih sebenernya?". Dua tahun yang lalu, gue mulai bingung tentang apa yang sebenernya gue suka dan gue mau. Ya... dari SD gue emang udah pengen jadi Psikolog. Gara-garanya adalah gue nonton salah satu ajang pencarian bakat yang namanya Akademi Fantasi Indosiar (kalo lo tau, berarti lo sama freaknya sama gue). Di ajang itu kan ada peran Psikolognya, nah dari situ gue mikir kayaknya enak deh jadi Psikolog. Keren aja gitu, bisa jadi tempat curhat orang-orang. Terbukti, keinginan gue itu gue jalanin sampe sekarang. Hal lain yang jadi ketertarikan gue adalah nulis, nari. dan modeling. Dosen dan Bokap gue pernah bilang, kalo gue harus ngasih apa yang udah gue pelajarin selama psikologi ke orang-orang, terutama tentang kehidupan dan permasalahan yang biasanya terjadi di sekitar gue. Salah satu cara yang menurut mereka bisa gue lakuin adalah dengan nulis. Itulah kenapa gue bikin blog, yang awalnya sih sebenernya karena ga mau keliatan ketinggalan jaman aja. Akhirnya, gue lupa password blog lama (tumblr) gue, dan gue harus bikin blog ini sebagai blog baru. Gue juga cinta banget sama dunia tari dan modeling. Dulunya gue adalah penari dan sampai sekarang masih aktif di dunia tari. Kecintaan gue sama tari bikin gue pengen bikin sekolah tari suatu saat nanti. Selain itu, sekarang bisa dibilang juga gue berprofesi sebagai model (ya belum sekelas Kimmy Jayanti atau bahkan Tyra Banks lah) dan gue pengen bisa bikin sekolah model juga. Jadi nanti akan ada sekolah tari dan modeling dalam satu naungan nama gue (aamiin lagi!). Psikologi? Ya itu bakal jadi profesi utama gue yang ga mungkin gue tinggalin lah. Gue udah berjalan cukup jauh dengan psikologi. Dari psikologi juga gue banyak belajar dan memperbaiki diri. Dari psikologi gue punya perasaan bahagia setiap kali bisa ngasih atau ngebagi sesuatu yang gue punya ke orang lain. Buat gue, ngasih sesuatu ke orang lain sama aja kayak ngasih nyawa hidup buat dia. Dan ngeliat kebahagiaan orang lain karena campur tangan gue, sama juga kayak ngasih kehidupan buat gue. Ada yang pernah bilang sama gue "Kalo lo punya sesuatu yang lebih, udah jadi kewajiban lo buat ngebagi itu ke orang lain".
So... welcome to my deepest mind! Selamat menyelami isi pikiran gue dan terbawa dengan jejak alurnya. Selamat mensyukuri, mengumpat, mengindahkan, meneladani, dan menyelamatkan kehidupan kalian. Enjoooy...

*ini BUKAN aliran sesat*

 

deepest mind Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang