“Ta, ada yang mau aku omongin sama kamu.”
“Ngomong apa, Sak?” Tanya gadis manis berkulit
putih, bernama Dita yang sudah tiga bulan terakhir ini menjadi warna dalam
hidupku.
“Di depan ya…”
Aku berjalan mendahului Dita, berharap ia
mengikutiku menjauhi kerumunan teman-teman sepermainan kami yang memang sedang
asyik mengobrol di salah satu meja café sambil
menunggu pesanan mereka masing-masing.
Benar saja, tidak butuh waktu lama bagiku untuk
melihat sosok Dita ada dihadapanku.
“Ada apa sih, Sak? Kok kayaknya serius banget?”
“Hmm…Hehe…” Aku hanya bisa mengeluarkan nyengir
khasku. Membuat mataku yang agak sipit menjadi semakin sulit terlihat.
“Apaan? Malah nyengir.”
“Aku mau, kamu jadi pacar aku…”
Dita diam. Akupun terdiam. Ia melihat wajahku dengan
wajahnya yang tampak mulai memerah. Pipinya merona dan gerak badannya mulai tak
beraturan. Ketidakteraturan yang sama juga tampak pada tubuhku.
“Hmm…”
“Bentar! Jangan dulu dijawab!”
Aku mengambil satu gelas berisikan air yang sejak
tadi kusimpan di bawah. Gelas itu hanya gelas bekas air mineral dan airnya pun
hanya air yang mengalir dari keran wastafle
café.
“Buat apa, Sak?”
“Kalo kamu nerima aku, ambil gelas ini dan tumpahin
airnya ke kepala aku, biar aku tahu kalo aku nggak mimpi. Tapi kalo kamu nolak
aku, ambil gelas ini dan buang airnya kemanapun, jangan ke kepala aku, biar aku
tetep ada dalam mimpi.”
Kami lagi-lagi terdiam. Diam kali ini tanpa diiringi
oleh gerakan tak beraturan seperti sebelumnya. Saat ini, justru irama
napaskulah yang masuk dan keluar tak beraturan.
Cukup lama aku menunggu keputusan apa yang akan
diambil oleh Dita. Sampai akhirnya ia mulai mengayunkan tangan kanannya dan
mengambil gelas yang kugenggam dengan ragu.
“Ini bukan soal aku akan menumpahkan airnya ke
kepala kamu atau nggak, Sak.”
“Hmm?”
“Aku ingin kamu tetep bangun dari mimpi, tapi tanpa
perlu aku tumpahin air ini ke kepala kamu.”
“…”
“Aku akan buang air ini, aku nggak akan numpahin ke kepala kamu. Tapi aku ingin kamu bangun, kamu sadar, dan kamu mengerti, kalau aku nggak bisa nerima kamu…”
-Dia yang tak pernah punya kesempatan untuk mendapatkan pujaan hatinya-